Selasa, 21 Juni 2011

Motor Bukan Buat Mainan Anak anak....safety riding campaign


Direktorat Lalu linta Metropolitan Jakarta Raya mencatat ditahun 2010 kecelakaan sepeda motor mencapai 7806 kejadian, 10% anak menjadi korban. Data ini baru wilayah Jakarta dan Sekitarnya.
Aris Merdeka Sirait Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak mengungkapkan, “ harga mati untuk melarang anak mengendarai sepeda motor, dan orang tua harus memberikan penjelasan bahwa sepeda motor membahayakan. Karena anak harus mendapatkan hak keamanan dan kenyamnan dari orang tua maupun Negara,” jelasnya.
Bukan itu saja pengendara motor juga harus memiliki SIM C, yang ditetapkan melalui regulasi undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan mengancam sanksi denda pidana bagi pengendara sepeda motor yang membawa pemboceng lebih dari satu. Sepeda motor hanya diizinkan untuk dikendarai maksimal 2 orang. Sanksinya bisa denda maksimal Rp. 250 ribu, kurungan badan maksimal 2 bulan.
Tetapi kenyataan dijalan raya masih sering terlihat, anak SMP atau SMA yang belum mempunyai SIM mengendaria motor. Ironisnya lagi, sering kita jumpai anak menjadi pembonceng ketiga atau keempat diantara kedua orang tuanya. Selain itu sering kita temui banyak pembonceng dari kelompok anak-anak, dibonceng dengan kedua kakinya menggantung tanpa menyentuh foot peg, ini sangat berbahaya bagi dirinya dan pengemudi.
Jika sipengemudi melakukan manuver tiba-tiba akibat nya si pembonceng (anak) akan kehilangan keseimbangan saat yang sama akan memberikan pengaruh kepada sipengemudi. Keadaan seperti itu akan menimbulkan korban kepada anak  lebih parah ketimbang sipengemudi pada sebuah kecelakaan sepeda motor.
Jusri Pulubuhu, direktur Jakarta Devensive Driving Consulting (JDDC) menjelaskan,“ mengendarai sepeda motor bukan hanya bermodalkan pengalaman, terampil, dan benar. Mengendarai sepeda motor di area publik juga harus aman untuk dirikita dan nyawa pengguna jalan lain.
Tanggung jawab ini tidak mudah dicapai bagi seorang anak-anak, anak-anak saat mengendarai sepeda motor yang dirasakan adalah bagaimana mendapatkan kenyamanan dan keasyikan saja, mereka tidak memiliki kekawatiran akan resiko, pada saat itu yang adalah mendapatkan “FUN & SHOW OFF”, rasa sakit dan penderitaan paska kecelakaan sama sekali tidak terbesit didiri mereka” ungkapnya.
Oleh karena itu pengawasan orang tua terhadap anak yang mengendarai sepeda motor harus diwaspadai. “Sebagai info, berdasarkan prediksi WHO dan World Bank penyebab kematian no 1 manusia dari balita sampai dengan umur 44 tahun pada tahun 2014 – 2015 bukan lagi penyakit namun kecelakaan dijalan raya/kecelakaan kendaraan bermotor dan itu akan terjadi di negara developing country (negara maju),” tutup Jusri.
klik disini masbro »» Motor Bukan Buat Mainan Anak anak....safety riding campaign

Piggiback Honda CBR 250R

Sistem suplai bahan bakar Honda CBR 250R sudah menganut injeksi. Jumlah semprotan bensin ke ruang bakar, ditakar ECM (electronic control module) atau sering juga disebut ECU dari input sensor-sensor yang tertanam di throttle body dan mesin.

Kelebihan yang ditawarkan, suplai selalu optimal sesuai kebutuhan, sehingga performa maksimal dan hemat bahan bakar. Namun akan lain cerita jika beberapa part yang berhubungan dengan performa diubah, misal knalpot dan saringan udara.

Saat coba dites di atas dynamometer, motor yang sudah dimodif tenaganya memang meningkat. Namun dari angka AFR (air fuel ratio), menunjukkan kondisi pembakaran yang terlalu kering. Terbaca di putaran bawah hingga menengah di atas 16:1.

Efeknya motor jadi kurang responsif, tenaga seperti telat keluar. Dan jika dibiarkan, mesin akan rawan overheat. “Kalau mau optimal, mestinya sekitar 13,5:1,” terang Brahmantio, manager Sportisi Motorsport tentang kondisi AFR yang optimal.

Bisakah suplai bensin ditambah, biar AFR jadi 13,5:1 sehingga motor lebih ngacir? Ternyata bisa! Jawabannya pakai piggyback, yaitu peranti elektronik yang fungsinya menipu sensor, sehingga jumlah semprotan bensin akan berubah.

Salah satu yang sukses bisa dipasang pada CBR 250R, piggyback bikinan Dynojet, seri Power Commander V (PC V) yang dijajakan sekitar Rp 3,5 juta. “Penipuan” dilakukan pada arus yang menuju injektor. Sebelum masuk ke injektor, arus diputus dan dialihkan dulu pada PC V, lalu diolah ulang. Setelah itu baru kembali ke injektor.

Sinyal lain yang dibutuhkan PC V dari throttle position sensor, agar pembacaan presisi sesuai besarnya bukaan gas. Setelah PC V terpasang, pekerjaan selanjutnya mengisi map. Diawali menginstal software, kalibrasi throttle, baru mengisi map. Pengisian map bisa dilakukan dengan 3 cara. Pertama download dari situs Dynojet, kedua diisi sendiri, dan terakhir custom map di atas dynamometer.

Oh iya, selain PC V yang berasal dari Amerika, ada pula piggyback produk lokal dengan nama SpeedSpark Dyno-Piggy. Harga berkisar Rp 2,5 juta. Namun sayang belum ada yang pernah menginstal merek rancangan Pilar Motor, Bekasi ini.
klik disini masbro »» Piggiback Honda CBR 250R